Kamis, 24 November 2011

Eksplorasi Tambang atau Eksploitasi Kepentingan?

(EDITORIAL)
Kehadiran program pertambangan khususnya di Kabupaten Bima, kerap menimbulkan konflik horizontal maupun vertikal. Hal itu tentu mengundang tanda Tanya—ada apa sebenarnya dengan urusan tambang-menambang ini?
Sangat dimaklumi, bahwa yang namanya pertambangan konotasinya adalah uang dan duit. Kenapa tidak? Yang berani ‘berjudi’ dengan urusan tambang hanyalah orang berkantong tebal, kalau bukan Cina atau Taiwan, ya Amerika. Maka tidak heran jika ‘bara’ pertambangan akan membiaskan ‘asap’ kepentingan yang kerap menunggangi aksi pro-kontra masyarakat yang justru rabun dengan urusan itu.
Sudah bukan cerita baru, bahwa gagalnya eksploitasi tambang di beberapa wilayah Kabupaten Bima, dikarenakan mental serakah dari oknum-oknum pembidik keuntungan. Baru saja wacana dan nego dimulai, yang ada dalam pikiran mereka adalah jatah fi dan merek mobil. Sementara rakyat yang terusik dengan kehadiran tambang, hanya dijadikan ‘tombak dan perisai’ ketika kepentingan mereka terancam.
Sebenarnya…, urusan tambang bukanlah hal yang pelik dan berbelit-belit, jika saja para pembuat kebijakan bisa mendengar dan mengakomodir irama serta tuntutan perut rakyatnya. Riilnya, rakyat ingin dilibatkan serta hak-haknya tidak dikebiri, itu saja.!
Implementasinya adalah dengan mengembangkan pertambangan yang berbasis rakyat melalui IPR (Ijin Pertambangan Rakyat). Dalam hal ini, rakyat ditempatkan sebagai subyek program, bukan sekedar buruh kasar yang menjual keringat kepada pengusaha.
Hal lain yang perlu diindahkan adalah kajian AMDAL yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum dan secara moral—tidak cukup hanya dengan rekomendasi dari Balai Lingkungan Hidup Daerah, apalagi yang dibubuhi ‘tanda tangan berharga’. Kemudian, pertimbangan yang melibatkan masyarakat mutlak dibutuhkan. Jika nurani rakyat bisa diyakinkan, suara mereka didengar dan hak-hak mereka diutamakan, tentu konflik dapat diminimalisir bahkan dihindari.
Maka……..bagi para pembuat kebijakan, harap junjung tinggi budaya malu. Jangan menggapai mimpi glamour dengan meniti punggung rakyat. Jadikan rakyat sebagai subyek program, lakukan kajian serta pertimbangan yang mendalam dan menyeluruh, paparkan semua sisi program kepada masyarakat secara transparan, pasti aman..!(**)

Tidak ada komentar: